APSI Nganjuk

My photo
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur
Sebagai Media Informasi Pendidikan & Pembelajaran (Dari Kita Untuk Semua) Kontak: 082143737397 atau 085735336338

Tuesday, March 27, 2012

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Hakikat Monitoring Pelaksanaan Pembelajaran Monitoring pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan monitoring yang menyertakan proses pengumpulan, penganalisisan, pencatatan, pelaporan dan penggunaan informasi manajemen tentang pelaksanaan kegiatan pembelajar-an. Fokus kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran ada pada kegiatan dan tingkat capaian dari perencanaan pembelajaran yang telah dibuat berda-sarkan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan monitoring pelaksanaan pembe-lajaran berkaitan dengan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan pembela-jaran dan pengidentifikasian tindakan untuk memperbaiki kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. B. Tujuan Monitoring Pelaksanaan Pembelajaran Tujuan utama dari kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran ada-lah: 1. Menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan membantu pembuatan keputusan mana-jemen yang efektif oleh pengawas satuan pendidikan. 2. Mendorong diskusi mengenai kemajuan pelaksanaan pembelajaran bersa-ma para guru, dan merencanakan berbagai tindakan yang diperlukan. 3. Menyumbang pada akuntabilitas. Supervisor perlu mengetahui bahwa ke-giatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, sesuai kurikulum tingkat satuan pendi-dikan, dan sesuai dengan tujuan pada tingkat satuan pendidikan. 4. Menyediakan sumber informasi kemajuan/prestasi utama bagi para pengam-bil keputusan 5. Memberikan masukan terhadap pengambilan keputusan. Apakah pembe-lajaran yang telah dilaksanakan sudah cukup baik, atau perlu adanya ino-vasi dan revisi dalam kegiatan pembelajaran. C. Kerangka Monitoring Pelaksanaan Pembelajaran Kerangka kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran adalah untuk menyediakan sebuah basis konseptual dan metodologi bagi pelaksanaan pe-mantauan/monitoring sewaktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlang-sung, dan untuk menjelaskan instrumen tertentu yang akan digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan informasi dan pelaporan. Karena itu, kerangka monitoring pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat bermanfaat bagi pe-ngawas satuan pendidikan, kepala sekolah, dan guru agar pelaksanaan pem-belajaran lebih terkontrol dan efektif. Kerangka kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran terfokus pada perencanaan, proses, hasil, dan dampak. Kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada proses pembelajaran, hasil, efektifitas dan keberhasilan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pem-belajaran. Kerangka kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran atau me-mantau hubungan di antara guru dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat lebih efektif, efisien, dan berdampak positif ter-hadap peningkatan kualitas/mutu hasil pembelajaran. Kerangka kegiatan mo-nitoring pelaksanaan pembelajaran dengan jelas mengartikulasikan penilaian dari keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, serta menunjukkan sebuah pemahaman yang lebih jelas mengenai perencanaan pembelajaran yang menjadi target tujuan pembelajaran. Kerangka kegiatan monitoring pelaksa-naan pembelajaran berisi indikator-indikator kualitas pembelajaran, seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut ini. Kerangka Kegiatan dan Indikator Monitoring Pelaksanaan Pembelajaran A. Kompetensi :Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1. Mampu mendeskripsikan kompetensi/tujuan pembelajaran. 2. Mampu memilih/menentukan materi 3. Mampu mengorganisir materi 4. Mampu menentukan strategi/metode pembelajaran 5. Mampu menentukan sumber belajar dan media pembelajaran 6. Mampu menyusun perangkat penilaian 7. Mampu menentukan teknik penilaian 8. Mampu mengalokasikan waktu B. Kompetensi :Pelaksanaan Pembelajaran 1. Mampu membuka pempelajaran (set induction). 2. Mampu mengorganisasi materi pembelajaran 3. Mampu menggunakan metode 4. Mampu memanfaatkan media/alat peraga 5. Mampu menggunakan bahasa yang komunikatif 6. Mampu memotivasi siswa 7. Mampu mengorganisasikan kegiatan 8. Mampu beriteraksi secara komunikatif dengan siswa 9. Mampu membimbing peserta didik membuat kesimpulan 10. Mampu memberikan umpan balik 11. Mampu melaksanakan penilaian 12. Mampu mengelola waktu C. Kompetensi :Penilaian Prestasi Belajar Siswa 1. Mampu menentukan soal berdasarkan tingkat kesukaran 2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda 3. Mampu menindak lanjuti soal yang tidak valid 4. Mampu memeriksa jawaban 5. Mampu mengklasifikasikan hasil penilaian 6. Mampu mengolah hasil penilaian 7. Mampu menganalisis hasil penilaian 8. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian 9. Mampu menentukan korelasi antara soal berdasarkan hasil penilaian 10. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian 11. Mampu menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis. D. Kompetensi :Pelaksanaan Tindak Lanjut Pembelajaran 1. Mampu mengkondisikan peserta didik belajar secara mandiri 2. Mampu melakukan kesepakatan materi berikutnya. D. Monitoring Pelaksanaan Pembelajaran Sebaik apa pun hasil perancangan/desain/rencana pembelajaran dan pe-ngembangan kurikulum yang berbasis pada kompetensi siswa, keberhasilan pelaksanaan dalam mencapai tujuan sangat bergantung pada beberapa faktor, di antaranya adalah: (1) faktor guru, (2) ketersediaan sarana dan prasarana, (3) sistem penilaian yang digunakan, (4) buku sebagai sumber belajar, (5) pe-rangkat pembelajaran berupa silabus, dan (6) pemberdayaan peranserta masya- rakat dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Karena itu, pada bagian ini akan dipaparkan faktor-faktor yang perlu di-pantau oleh pengawas, sehingga diperoleh pemahaman yang memadai tentang bagaimana seharusnya kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan secara efek-tif dan efisien. 1. Guru Kegiatan utama yang harus dipantau adalah aktivitas guru dalam mela-kukan kegiatan pembelajaran. Sehebat apa pun kurikulum, silabus, dan ren-cana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan dirancang, keberhasil-annya sangat tergantung pada implementasi rancangan tersebut oleh guru di kelas, karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa. Pihak peman-tau pelaksanaan pembelajaran harus lebih memperhatikan “apa yang harus dilakukan guru di kelas”, dan pemantau hendaknya melihat “apa sebenarnya yang dilakukan guru di kelas”. Dengan demikian, pada tataran pengembangan kurikulum, implementa-si kurikulum, dan perencanaan pembelajaran, guru memiliki peran yang sa-ngat penting dan strategis, karena gurulah yang akan menjabarkan rencana pembelajaran ke dalam pelaksanaan pembelajaran (kegiatan belajar menga-jar) dan mengadakan perubahan yang positif pada diri siswa. Di antara peran tersebut adalah: (1) monitoring kegiatan belajar siswa; (2) memberikan moti-vasi; (3) menata dan monitoring perilaku siswa; (4) menyediakan dan men-ciptakan model-model pembelajaran yang akurat; (5) membimbing dan men-jadi “teman” diskusi; (6) menganalisis kebutuhan dan interest siswa; (7) me-ngembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan; (8) mengembangkan ba-han atau materi pembelajaran; dan (9) menilai performansi siswa. Salah satu dari peran penting yang dikemukakan di atas, yaitu meman-tau kegiatan belajar siswa, guru hendaknya memahami tentang bagaimana siswa belajar, bagaimana guru dapat memfasilitasi proses belajar dengan se-baik-baiknya. Konteks belajar meliputi pemahaman tentang: (1) siapa siswa-nya, (2) berapa usianya, (3) minat dan bakatnya, (4) apa tujuan belajarnya, (5) apa media yang digunakannya, dan (6) sarana dan prasarana yang diguna- kan untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam memainkan peran pemberian motivasi, hendaknya guru mengem- bangkan sikap percaya diri karena akhir dari keberhasilan yang dicapai siswa tergantung pada kepercayaan diri siswa dalam memahami pembelajaran yang diikutinya. Sebaiknya guru selalu mencoba menemukan apa yang siswa bisa lakukan, dan bukan apa yang tidak bisa dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang sesuatu yang sudah di-ketahuinya. Guru juga dituntut untuk menumbuhkan keberanian siswa agar tidak ta-kut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan temannya. Karena itu, siswa perlu dibiasakan berani mengambil keputusan untuk mengacungkan tangan untuk bertanya, menjawab pertanyaan guru atau pun pertanyaan dari teman-nya. Guru perlu kreatif dalam menciptakan atmosfir kelas yang kondusif un-tuk mendorong siswa agar secara tidak sadar memaksa dirinya menggunakan kemampuan verbalnya untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru juga harus memberikan penguatan kepada siswa dengan memberikan pujian apa-bila siswanya berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Karenanya keaktif-an siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kun-ci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaan. Siswa akan aktif dalam kegi-atan belajarnya bila ada motivasi, baik motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri siswa, antara lain: 1) Penampilan Guru yang Hangat dan Menumbuhkan Partisipasi Positif Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola pandang bahwa siswa adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi ak-tif siswa. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para siswanya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri siswa. Karena itu hendaknya seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses pem-belajaran, serta dapat meyakinkan bahwa materi pembelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para siswa yang bersangkutan. 2) Siswa Mengetahui Maksud dan Tujuan Pembelajaran Bila siswa telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang me-reka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan terse- but secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada siswa tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. Se-lain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para siswanya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. 3) Tersedia Fasilitas, Media/Sumber Belajar, dan Lingkungan Belajar yang Mendukung Kegiatan Pembelajaran Bila dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas, media, dan sumber belajar yang “menarik” dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar siswa. Begitu pula dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak se-mangat dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. 4) Adanya Prinsip Pengakuan Penuh Atas Pribadi Setiap Siswa (Individual Learning) Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri sis-wa dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu (individual learning). Kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai, dan yang penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para siswa, antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak siswa yang lain memberikan selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di ke-las atau bentuk penghargaan lainnya. Bila guru memahami prinsip perbedaan individu ini, maka guru akan menggunakan multi metode dan multi media, agar semua interest siswa merasa terwakili. Karena, siswa ada yang tipenya auditif, yaitu senang mendengarkan penjelasan dari guru, ada siswa yang ti-penya visual yaitu senang melihat media yang digunakan oleh guru, dan ada siswa yang tipenya kinestetis, yaitu senang melakukan seperti metode demons-trasi dan sebagainya. Jadi idealnya guru harus mampu menyentuh interest siswa. 5) Adanya Konsistensi dalam Penerapan Aturan atau Perlakuan oleh Guru dalam Pembelajaran Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh gu-ru dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsis-ten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan keke-cewaan dari para siswa, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keak-tifan belajar siswa. Karena itu dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuan, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih. 6) Adanya Pemberian Reinforcement atau Penguatan dalam Proses Pembelajaran Penguatan adalah pemberian respon dalam proses interaksi belajar me-ngajar baik berupa pujian maupun sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksud-kan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar siswa dan mencegah berulang-nya kesalahan yang dibuat oleh siswa. Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan dengan kata-kata: bagus sekali! Tepat sekali!, betul!, hebat! dan sebagainya, atau dapat juga dengan gerak, seperti acungan jempol, tepuk ta-ngan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, manggut-manggut dan lain-lain. Ada pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda ke-nangan atau diberi hadiah khusus berupa boleh pulang duluan atau pemberian perlakuan menyenangkan lainnya. 7) Jenis Kegiatan Pembelajaran Menarik atau Menyenangkan dan Me-nantang Agar siswa dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksana-kan tugas pembelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan bagi siswa dan bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi, tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti di perpustakaan, dan lain-lain. Pe-nerapan model “belajar sambil bekerja” (learning by doing) sangat dianjur-kan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau belajar sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan siswa secara merata dapat diterapkan pemberian tugas pembelajaran secara individu atau kelom-pok belajar (group learning) yang didukung oleh fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan media pembelajaran sehing-ga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif. Pada tingkat SMP dan SMA dapat menggunakan model pembelajaran berbasis komputer, sehingga siswa lebih termotivasi dan mampu memecahkan masalah melalui media yang di-gunakan. 8) Penilaian Hasil Belajar Dilakukan Serius, Objektif, Teliti dan Terbu-ka Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan sis-wa, dan hal itu akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiat-an penilaian ini dapat membangun semangat belajar para siswa maka hendak-nya dilakukan serius, sesuai dengan ketentuan, jangan sampai terjadi manipu-lasi, sehingga hasilnya objektif. Hasil penilaian diumumkan secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas. Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat melihat prestasi mereka masing-masing tiap semester. a. Standar Kompetensi Guru Guru yang profesional harus memenuhi standar kompetensi guru. Stan-dar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang gu-ru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Standar kompetensi guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku da-lam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen kom- petensi, yaitu: (1) kompetensi pengelolaan pembelajaran yang mencakup pe-nyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, me-nilai prestasi belajar siswa, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian; (2) kompetensi pengembangan potensi yang diorientasikan pada pengembang-an profesi; dan (3) kompetensi penguasaan akademik yang mencakup pema-haman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik. Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Stan-dar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kom-petensi profesional. Keempat Kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru yang harus dinilai oleh pengawas satuan pendidikan. Ciri-ciri guru yang profesional dalam melaksanakan tugas keguruan adalah: (a) komitmen dalam kepentingan siswa dan pelaksanaan pembelajar-an, (b) menguasai secara mendalam materi dan penggunaan strategi pembela-jaran, (c) mampu berfikir sistematik dan selalu belajar dari pengalaman, (d) mau refleksi diri dan koreksi, (e) proses belajar mengajar menjadi semakin baik, dan (f) bertanggung jawab monitoring dan mengamati tingkah siswa me-lalui kegiatan evaluasi. Aplikasi di kelas mampu membuat program evaluasi analisis, remedial, dan melaksanakan bimbingan. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada siswa me-nuntut guru harus mampu mengamati kemudian membuat siswa untuk berfi-kir aktif. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan teaching student centre yaitu: (1) mengajukan sejumlah pertanyaan; (2) me-minta siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tertulis; (3) guru monitoring kerja siswa; (4) guru memberikan umpan balik; dan (4) guru melaksanakan tindak lanjut agar guru bisa mengevaluasi diri kemampuan pe-nerapan pada materi yang telah diajarkan, bagian ini perlu ditambah dengan sedikit ulasan tentang pentingnya guru memilih materi pembelajaran yang di-perkirakan dapat mendorong minat siswa untuk belajar (materi dapat menarik minat siswa bila topik/tema mendekati fakta pengalaman hidup mereka seca-ra nyata). Demikianlah beberapa peran yang dapat dimainkan guru di dalam kelas dalam rangka pelaksanaan pembelajaran yang berbasis standar kompetensi. b. Kompetensi Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, karena dalam ke-giatan pembelajaran senantiasa mengintegrasikan berbagai komponen dan kegiatan, yaitu siswa dengan lingkungan belajar untuk diperolehnya perubah-an perilaku (hasil belajar) sesuai dengan tujuan (kompetensi) yang diharap-kan. Mohammad Surya (2005: 8) menjelaskan “Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Setiap individu/siswa yang dihadapi oleh guru sangat komplek, karena menyangkut dengan segi fisik dan psikhis. Perilaku yang ingin dihasilkan da-ri pembelajaran juga komplek, karena menyangkut berbagai kemampuan (kompetensi) seperti kognitif, afektif, dan psikomotor. Demikian pula dengan interkasi pembelajaran dan lingkungan pembelajarannya itu sendiri komplek, karena menyangkut dengan materi, pendekatan, model, strategi, metode serta media yang digunakan dalam mengkomunikasikannya dengan siswa untuk diperolehnya tujuan (kompetensi) pembelajaran yang diharapkan. Mengingat serba kompleknya tugas-tugas pembelajaran, maka setiap guru dipesyaratkan memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Secara khusus dalam PP Nomor 19 tahun 2005 ditegas-kan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru meliputi: (1) kom-petensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial. Keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran merupakan kemampuan pokok (basic skill) yang harus dikuasai oleh setiap guru. Jika dikaitkan dengan keempat kompetensi di atas, maka keterampilan dasar pelaksanaan pembela-jaran termasuk ke dalam kompetensi profesional. Dalam menerapkan setiap jenis keterampilan dasar mengajar tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kondisi siswa, karena itu keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran terka-it pula dengan kompetensi pedagogik. 1) Keterampilan Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Secara umum istilah keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran (teaching skills) dapat diartikan sebagai kemampuan guru yang bersifat khu-sus (most specific instructional behaviours) sebagai modal dasar dalam me-laksanakan tugas kegiatan pembelajaran (Glikcman, 1991). Dengan demikian istilah keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran menunjuk kepada bebe-rapa kemampuan dasar dan pokok yang bersifat khusus dan aplikatif terkait dengan tugas-tugas pelaksanaan pembelajaran. Pada garis besarnya setiap kegiatan pembelajaran melewati tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Adapun penerapan keterampilan dasar mengajar dilakukan pada ketiga tahap-an pembelajaran tersebut. Karena itu keterampilan dasar mengajar merupakan bagian integral dari seluruh proses pembelajaran. Melalui keterampilan dasar mengajar dimaksudkan untuk memfasilitasi proses pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien. Dalam paradigma baru bahwa belajar bukan hanya menghafal, akan te-tapi dengan pembelajaran harus mampu merekonstrikan pengetahuannya, proses internalisasi dan memiliki kesiapan untuk mengaktualisasikan penga-laman belajarnya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (life skills). 2) Jenis-jenis Keterampilan Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya adalah ke-mampuan-kemampuan khusus berkenaan dengan aspek-aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap orang yang memiliki profesi sebagai guru, tutor, pelatih maupun fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun beberapa kemampuan khusus berkaitan dengan kompetensi dasar pelaksanaan pembelajaran tersebut, dikemukakan oleh Allen dan Ryan (1987) sebagai berikut: a) Membuka Pembelajaran (Set Induction) Siasat membuka pelajaran (set induction), adalah kegaiatan awal untuk mengkondisikan siswa agar perhatian dan motivasinya tumbuh sehingga se-cara fisik maupun psikhis memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan pem-belajaran. Format Monitoring Pelaksanaan Membuka Pembelajaran Nama Guru :……………….. Pokok Materi : …………………… Hari/Tanggal : ……………… Kelas/Smt : ................................ No Aktivitas Guru Skor Kegiatan Membuka Pembelajaran 1. Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa 1 2 3 4 2. Memulai pembelajaran setelah siswa siap untuk belajar 1 2 3 4 3. Menjelaskan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari 1 2 3 4 4. Melakukan Appersepsi (mengkaitkan materi yang disajikan dengan materi yang telah dipelajari sehingga terjadi kesinambungan) 1 2 3 4 5. Kejelasan hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran dilakukan semenarik mungkin 1 2 3 4 Komentar/Saran....................................................................................... ................................................................................................................ Total Skors Keterangan cara pengisian: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = baik, 4 = Amat Baik Rubrik Skor Perolehan/ Predikat Penjelasan 16-20 ( Amat Baik ) Semua kemampuan kegiatan mengakiri pembebelajaran dilakukan dengan sangat baik 11 – 15 ( Baik ) Semua kemampuan dilakukan dengan baik tetapi ada 1 kemampuan yang dilakukan belum optimal 6 – 10 ( Cukup ) 3 kemampuan dilakukan dengan baik 5 kebawah (kurang) Tidak semua kemampuan dikuasai dengan baik Pemantau, (...............................................) NIP. b) Variasi Stimulus (Stimulus Variation) Variasi stimulus (stimulus variation), yaitu keterampilan untuk membe-rikan stimulus pembelajaran secara bervariasi, baik melalui penggunaan mul-ti metode dan media maupun sumber pembelajaran secara bervariasi, sehing-ga pembelajaran tidak monoton hanya terfokus pada satu kegiatan saja. Mela-lui stimulus yang bervariasi, siswa akan didorong untuk melakukan berbagai aktivitas belajar dan merespon terhadap setiap stimulus yang diterimanya. Format Monitoring Pelaksanaan Variasi Stimulus Pembelajaran Nama Guru :……………….. Pokok Materi : ……………………...... Hari/Tanggal : ……………… Kelas/Smt : ................................... No Aktivitas Guru Skors Kegiatan Variasi Pembelajaran 1. Gerak bebas guru 1 2 3 4 2. Isyarat guru (tangan, badan, wajah) 1 2 3 4 3. Suara guru (variasi kecepatan/besar kecil/intonasi) 1 2 3 4 4. Pemusatan perhatian pada murid (penekanan pada hal yang penting-penting dengan verbal/gestural) 1 2 3 4 5. Pola interaksi (guru-kelompok/guru-murid/murid-murid) 1 2 3 4 6. Pause/diam sejenak (untuk memberi kesempatan pada murid untuk berpikir, memberi penekanan, memberi perhatian) 1 2 3 4 7. Memanfaatkan indra dalam menggunakan media pembelajaran 1 2 3 4 Komentar/Saran......................................................................................... Total Skors Keterangan cara pengisian: 1= Kurang, 2 = Cukup, 3 = baik, 4 = Amat Baik Rubrik Skor Perolehan/Predikat Penjelasan 21-28 ( Amat Baik ) Semua kemampuan kegiatan mengakiri pembebelajaran dilakukan dengan sangat baik 15-21 ( Baik ) Semua kemampuan dilakukan dengan baik tetapi ada 1 kemampuan yang dilakukan belum optimal 8 – 14 ( Cukup ) 4 kemampuan dilakukan dengan baik 8 kebawah (kurang) Tidak semua kemampuan dikuasai dengan baik Pemantau, (.............................................) NIP. c) Keterampilan Bertanya (Question) Keterampilan bertanya (question) yang harus dimiliki oleh guru, yaitu jenis dan bentuk pertanyaan yang diajukan dimaksudkan agar siswa belajar. Melalui pertanyaan yang diajukan, siswa difasilitasi untuk memperoleh pe-mahaman dan meningkatkan daya pikir secara kritis, analitis dan aplikatis. Format Monitoring Pelaksanaan Keterampilan Bertanya Nama Guru :……………….. Pokok Materi : ……………………...... Hari/Tanggal : ………………. Kelas/Smt : ...................................... No Aktivitas Guru Skors Keterampilan Bertanya 1. Kejelasan pertanyaan yang disampaikan guru. 1 2 3 4 2. Kejelasan hubungan antara pertanyaan guru dengan masalah yang dibicarakan. 1 2 3 4 3. Pertanyaan ditujukan ke seluruh kelas lebih dahulu, baru menunjuk salah satu siswa. 1 2 3 4 4. Pemberian waktu berpikir untuk bertanya dan menjawab 1 2 3 4 5. Pendistribusian pertanyaan secara merata di antara para siswa. 1 2 3 4 6. Pemberian tuntunan: *) 3) Pengungkapan pertanyaan dengan cara lain. 4) Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana. 5) Menyederhanakan pertanyaan yang diajukan. *) Amati salah satu cara yang muncul. 1 2 3 4 Komentar/Saran .......................................................................................... .......................................................................................... Total Skors Keterangan cara pengisian: 1= Kurang, 2 = Cukup, 3 = baik, 4 = Amat Baik Rubrik Skor Perolehan/ Predikat Penjelasan 19-24 ( Amat Baik ) Semua kemampuan kegiatan mengakiri pembebelajaran dilakukan dengan sangat baik 13-18 ( Baik ) Semua kemampuan dilakukan dengan baik tetapi ada 1 kemampuan yang dilakukan belum optimal 7 – 12 ( Cukup ) 4 kemampuan dilakukan dengan baik 6 kebawah (kurang) Tidak semua kemampuan dikuasai dengan baik Pemantau, (................................................) NIP. d) Isyarat (Silence and Non Verbal Clue) Isyarat (silence and non verbal clue), dimaksudkan bahwa pembelajar-an adalah proses komunikasi. Karena pembelajaran merupakan proses komu-nikasi, maka setiap guru harus memiliki keterampilan menggunakan berbagai jenis komunikasi, termasuk jenis komunikasi dalam bentuk isyarat. Pemberi-an isyarat secara tepat dalam kondisi pembelajaran tertentu akan lebih efektif dibandingkan dengan jenis komunikasi verbal maupun instrumental. e) Ilustrasi/Penggunaan Contoh (Illustration and Use of Example) Tidak semua materi yang disajikan dengan cepat dan mudah dapat lang-sung dipahami oleh siswa. Karena itu dalam upaya membantu pemahaman dan kejelasan terhadap materi yang dipelajarinya, pemberian ilustrasi dan contoh yang tepat memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru harus kreatif dan inovatif membuat ilustrasi dan contoh-contoh yang relevan dengan materi yang sedang dikaji. f) Kemampuan Berkomunikasi (Communication) Pembelajaran adalah proses komunikasi, baik verbal, nonverbal mau pun intrumental. Komunikasi verbal melalui lisan adalah jenis komunikasi yang tidak pernah terlewatkan dalam setiap pembelajaran. Karena itu kemam-puan berkomunikasi lisan harus senantiasa dipupuk dan ditingkatkan baik da-ri segi artikulasi, intonasi, kejelasan, dan unsur-unsur komunikasi lisan lain-nya. Kegagalan menjalankan komunikasi secara lisan akan menghambat ter-hadap proses dan hasil pembelajaran. g) Penguatan dan Balikan (Reinforcement and Feed Back) Keterampilan memberikan penguatan dan balikan, pada dasarnya ada-lah upaya respon guru terhadap perilaku belajar siswa. Untuk lebih mening-katkan kualitas pembelajaran, terhadap aktivitas belajar siswa, guru harus te-pat memilih bentuk dan jenis penguatan yang diberikan. Secara umum pengu-atan diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu reward dan funishment. Se-kaligus penguatan ini berfungsi juga sebagai bentuk balikan bagi siswa dan guru atas proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. Format Monitoring Pelaksanaan Memberikan Penguatan Nama Guru :……………….. Pokok Materi : ……………………...... Hari/Tanggal : ……………… Kelas/Smt : ...................................... No Aktivitas Guru Skors A. Penguatan Verbal 1. Mengucapkan kata-kata benar, bagus, tepat, dan bagus sekali bila murid menjawab/mengajukan pertanyaan. 1 2 3 4 2. Mengucapkan kalimat pekerjaanmu baik sekali, saya senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu makin lama makin baik, pikir dulu, dan lihat lagi, untuk membesarkan hati dan memberikan dorongan. 1 2 3 4 B. Penguatan Non Verbal 1. Penguatan berupa senyuman, anggukan, pandangan yang ramah, atau gerakan badan. 1 2 3 4 2. Penguatan dengan cara mendekati. 1 2 3 4 3. Penguatan dengan sentuhan. 1 2 3 4 4. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. 1 2 3 4 5. Penguatan dengan memberikan hadiah yang relevan dan rasional 1 2 3 4 Komentar/Saran Total Skors Keterangan cara pengisian: 1= Kurang, 2 = Cukup, 3 = baik, 4 = Amat Baik Rubrik Skor Perolehan/ Predikat Penjelasan 19-24 ( Amat Baik ) Semua kemampuan kegiatan mengakiri pembebelajaran dilakukan dengan sangat baik 13-18 ( Baik ) Semua kemampuan dilakukan dengan baik tetapi ada 1 kemampuan yang dilakukan belum optimal 7 – 12 ( Cukup ) 4 kemampuan dilakukan dengan baik 6 kebawah (kurang) Tidak semua kemampuan dikuasai dengan baik Pemantau, (.............................................) NIP. h) Siasat Menutup Pembelajaran (Closure) Siasat menutup pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan mengakhi-ri kegiatan inti pembelajaran. Melalui kegiatan menutup pembelajaran, guru harus memiliki keyakinan bahwa siswa telah memiliki pengalaman belajar yang utuh terhadap materi yang dipelajarinya. Oleh karena itu menutup pem-belajaran bukan hanya sebatas menyampaikan salam tanda akhir pembelajar-an, tetapi kegiatan menutup sebagai bagian integral dari pembelajaran, memi-liki beberapa tehnik dan cara yang harus dikuasai oleh para guru, seperti de-ngan menyampaikan review, rangkuman, menyimpulkan dan kegiatan-kegi-atan lainnya. Format Monitoring Pelaksanaan Menguatkan Kesimpulan Peserta Didik Nama Guru :……………….. Pokok Materi : ……………………. Hari/Tanggal : ……………… Kelas/Smt : ................................. No Aktivitas Guru Skors Kegiatan Menutup Pembelajaran 1. Kemampuan menyimpulkan KBM dengan tepat 1 2 3 4 2. Kemampuan menggunakan kata-kata yang memebesarkan hati siswa 1 2 3 4 3. Kemampuan memberikan evaluasi lisan maupun tulisan 1 2 3 4 4. Kemampuan melakukan evaluasi beberapa aspek dengan berbagai teknik 1 2 3 4 Komentar/Saran ......................................................................................... ................................................................................................................... Total Skors Keterangan cara pengisian: 1= Kurang, 2 = Cukup, 3 = baik, 4 = Amat Baik Rubrik Skor Perolehan/ Predikat Penjelasan 13-16 ( Amat Baik ) Semua kemampuan kegiatan mengakiri pembebelajaran dilakukan dengan sangat baik 9-12 ( Baik ) Semua kemampuan dilakukan dengan baik tetapi ada 1 kemampuan yang dilakukan belum optimal 5 – 8 ( Cukup ) 3 kemampuan dilakukan dengan baik 4 kebawah (kurang) Tidak semua kemampuan dikuasai dengan baik Pemantau, (................................................) NIP c. Prinsip Penerapan Keterampilan Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Penerapan setiap jenis keterampilan dasar mengajar dalam proses pem- belajaran harus mempertimbangkan beberapa ketentuan, hukum, aturan atau prinsip sebagai berikut: 1) Kesesuian (relevansi), yaitu setiap jenis keterampilan mengajar yang di-terapkan harus disesuaikan dengan komponen atau variabel pembelajaran lain (internal maupun eksternal). 2) Kreativitas dan inovatif, yaitu setiap jenis keterampilan dasar mengajar yang diterapkan dikemas secara kreatif dan inovatif sehingga dapat men-dorong aktivitas dan kreativitas belajar siswa secara optimal. 3) Ketepatan (akurasi), bahwa setiap jenis keterampilan dasar mengajar yang diterapkan harus diseleksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas-nya, sehingga setiap jenis dan bentuk keterampilan dasar mengajar yang diterapkan mencapai sasaran pemebelajaran yang diharapkan. 4) Kebermanfaatan, setiap jenis keterampilan dasar mengajar yang diterap-kan dapat berkontribusi atau memiliki nilai manfaat yang tinggi bagi pe-ngembangan potensi siswa baik secara akademik maupun non akademik. 5) Menyenangkan, bahwa pemilihan dan penerapan setiap jenis keterampil-an dasar mengajar diusahakan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bergairah dan menyenangkan (Joyfull learning). d. Prosedur Melatih Keterampilan Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Untuk dapat memiliki kemampuan menerapkan setiap jenis keterampil-an dasar pelaksanaan pembelajaran secara profesional, tidak cukup hanya de-ngan dihafal. Setiap jenis keterampilan dasar mengajar erat kaitannya dengan kecakapan yang bersifat aplikatif. Oleh karena itu untuk dikuasainya setiap jenis keterampilan dasar mengajar tersebut perlu diasah dengan latihan-latih-an yang dilakukan secara teratur melalui mekanisme yang terkontrol. Latihan untuk menguasai dan meningkatkan kemampuan menerapkan setiap jenis keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran, bukan hanya diperuntukkan bagi para calon isntruktur saja (pre service training), melain-kan juga menjadi wahana untuk meningkatkan profesionalisme bagi yang su-dah menduduki jabarat profesi sebagai fasilitator pembelajaran (in service training). Dalam bidang pendidikan dan pembelajaran pada khususnya, latihan keterampilan dasar mengajar dilakukan melalui suatu pendekatan yang dise-but dengan “micro teaching”, yaitu suatu pendekatan atau laboratorium untuk melatih dan mengembangkan keterampilan-keterampilan mengajar tertentu secara lebih spesifik dan terkontrol “Micro teaching is a laboratory training procedure aimed at simplifying the complexities of regular teaching-learning processes” (A. Pelrberg, 1982) Sesuai dengan namanya yaitu “micro teaching” maka proses latihan me-lalui pendekatan ini dilakukan dalam skala yang disederhanakan, seperti jum-lah siswa, waktu yang digunakan, materi yang disajikan serta jenis keteram-pilan apa yang menjadi fokus latihannya. Melalui kegiatan latihan yang tera-tur dan dilakukan secara terkontrol, peserta akan memperoleh umpan balik kelebihan dan kekurangannya. Atas kekurangannya para peserta yang berlatih memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan terhadap keku-rangan yang masih ada, sehingga akhirnya akan diperoleh kemampuan yang optimal. Dijelaskan pula oleh Pelrberg “the trainee is engaged in a scaled down and focused situation, scaled down in terms of class size and lesson length and focused on teaching task as lecturing, questioning, or leading a discussion, mastering spesific teaching strategies, flexibility in instructional decision making, instructional materials and classroom management” (1982) Secara umum tahapan kegiatan latihan keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan micro teaching akan menempuh prosedur sebagai berikut: 1) Membuat perencanaan pembelajaran mikro, yaitu perencanaan pembela-jaran yang menitik beratkan kepada keterampilan apa yang akan menjadi fokus latihan dalam pembelajaran mikro. 2) Praktek pembelajaran mikro, yaitu kegiatan praktek mengajar sesuai de-ngan rencana yang telah dibuat. 3) Observasi/perekaman, selama praktikan melakukan kegiatan praktek, ada tim yang mengobservasi untuk mencatat kelebihan dan kekurangan, bah-kan lebih baik jika dilengkapi dengan alat perekam (audio visual). 4) Diskusi/umpan balik, setelah selesai praktek kemudian observer dan prak-tikan berkumpul, dan bersama-sama melihat hasil rekaman, kemudian di-lakukan diskusi membahas kelebihan dan kekurangan, kemudian mereko-mendasikan beberapa perbaikan yang harus dilakukan dalam penampilan selanjutnya. Jika dibuat dalam sebuah bagan, maka akan nampak siklus sebagai beri-kut: Dari uraian di atas, ada beberapa hal penting yang harus ditekankan da-lam kompetensi dasar pelaksanan pembelajaran, yaitu: a) Keterampilan dasar pelaksanaan pembelajarn pada dasarnya adalah kete-rampilan-keterampilan atau kemampuan yang bersifat khusus dan bersifat aplikatif yang harus diterapkan oleh para guru/instruktur dalam setiap ke-giatan pembelajaran. b) Beberapa jenis keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran tersebut an-tara lain keterampilan membuka, memberikan stimulus yang bervariasi, bertanya, membuat ilustrasi/contoh, menggunakan isyarat, komunikasi, penguatan dan balikan, serta keterampilan menutup pembelajaran. c) Untuk dimilikinya setiap jenis keterampilan dasar pelaksanaan tersebut, tidak cukup hanya dengan dihafal, akan tetapi perlu diasah, dilatih secara sistematis dan terkontrol sehingga diperoleh kemahiran yang siap untuk digunakan dalam setiap kesempatan pembelajaran. Latihan tersebut anta-ra lain dilakukan melalui suatu pendekatan “Micro teaching”. d) Agar penerapan setiap keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran da-pat berjalan secara efektif dan efisien, maka dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan unsur-unsur lain dalam sistem pembelajaran itu sen-diri antara lain dengan kondisi siswa, tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik materi yang disajikan, sarana dan fasilitas pendukung, dan lingkungan. 2. Sarana dan Prasarana Hal lain yang harus dipantau dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Implemen-tasi kurikulum yang berbasis pada kompetensi mesti didukung dengan berba-gai sarana dan prasarana yang memadai. Di samping gedung untuk ruangan kelas, meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah siswa dan guru, ruangan kantor, laboratorium, alat pembelajaran, dan perpustakaan, diperlukan pula pengadaan sarana penunjang seperti tempat ibadah, kebun percontohan, ko-perasi, dan perbengkelan, dan studio mini agar siswa dapat belajar melalui miniatur kehidupan yang sesungguhnya. Di samping sarana di atas, diperlukan pula prasarana pembelajaran yai-tu berupa media pembelajaran. Produk-produk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi ini dapat berupa media cetak maupun elektronika. Media cetak meliputi surat kabar, majalah, buku, brosur, poster dan sebagainya, sedangkan media elektronik meliputi kompu-er multimedia, TV, radio, internet (e-learning), Multimedia Interaktif Berba-is Komputer, dan sebagainya. Melalui internet dapat diperoleh jutaan infor-masi aktual yang ditampilkan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa. 3. Penggunaan Media dan Sumber Belajar Dalam pelaksanaan pembelajaran tentu guru menggunakan media dan sumber belajar. Hal ini penting karena keadaan siswa sangat heterogen, ada siswa yang tipenya auditif, visual, dan kinestetis. Keheterogenan siswa ini dapat dijembatani bila guru menggunakan multimedia dan berbagai sumber belajar. Hasil riset BAVA (British Audio Visual Aids) memaparkan bahwa hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media hanya terserap 13% dari keseluruhan materi yang telah diberikan. Dengan menggunakan media pem-belajaran bahan ajar yang terserap dapat ditingkatkan sampai 86%. Untuk itu para guru yang telah melaksanakan pembelajaran jangan merasa puas dulu, bila belum menggunakan media pembelajaran, bisa jadi yang terserap hanya 16% seperti yang telah diungkapkan oleh BAVA di atas. Berikut akan dipaparkan tentang media dan sumber belajar dan indika-tor untuk menilai media pembelajaran yang digunakan. a. Pengertian Media dan Sumber Belajar Media adalah segala bentuk atau saluran yang dipergunakan untuk pro-ses penyaluran informasi. Dalam proses komunikasi maupun proses pembela-jaran, transformasi informasi pasti berlangsung, dengan demikian kedua kegi-atan ini diperlukan media untuk penyaluran pesannya. Agar penyaluran infor-masi berjalan efektif, maka diperlukan suatu perantara atau media. Namun demikian bagaimanakah bentuk dan wujud dari media atau perantara ini, hal itu harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik serta kemampuan pengirim pesan dan tentunya faktor keuangan dan pengetahuan pengirim informasi. Se-bagai contoh dalam proses pembelajaran hal yang harus diperhatikan ketika penyampaian informasi berlangsung yaitu keluasan, kesempitan dari materi pembelajaran, sehingga media apa yang akan digunakan bisa disesuaikan. Berdasarkan telaah terhadap pembelajaran ini, maka media pembelajar-an dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang berupa orang, bahan, peralat-an atau kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat me-rangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya belajar pada dirinya Sumber belajar merupakan salah satu komponen yang membantu dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat di-manfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Berdasarkan paparan yang dikemukakan Association for Education and Communication Technology (AECT), sumber belajar diartikan sebagai semua sumber, baik berupa data, orang maupun wujud tertentu yang dapat digunakan oleh anak didik dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut, sum-ber belajar dapat digunakan secara terpisah maupun terkombinasi, sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar dapat dikategorikan kedalam 6 (enam) jenis, yaitu: (1) pesan (message), (2) orang (people), (3) bahan (materials), (4) alat dan pera-latan (tools and equipment), (5) teknik (technique), dan (6) lingkungan (setting). Pesan adalah segala informasi dalam bentuk ide, fakta, dan data yang disam-paikan kepada anak didik. Orang adalah manusia yang berperan sebagai penya-ji dan pengolah pesan, seperti: guru, nara sumber, yang dilibatkan dalam ke-giatan belajar. Bahan adalah software atau perangkat lunak yang berisisi pe-san-pesan. Alat adalah hardware atau perangkat keras, yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Teknik adalah prosedur yang dipakai untuk menyaji-kan pesan. Lingkungan adalah kondisi dan situasi tempat kegiatan pembela-jaran itu terjadi. Selain itu, dari sisi perancangannya, sumber belajar dapat dipilah men-jadi 2 (dua) jenis, yaitu: sumber belajar yang dirancang (by design) dan sum-ber belajar yang dimanfaatkan (by utilization). Sumber belajar yang dirancang adalah sumber belajar yang sengaja direncanakan untuk kepentingan pembe-lajaran, misalnya: buku, film, poster, kebun sekolah dan sebagainya yang me-mang dirancang untuk digunakan dalam pembelajaran. Sementara iru, sumber belajar yang dimanfaatkan adalah sumber belajar yang telah ada, tinggal di-manfaatkan. Pada rancangan awal sumber belajar tersebut tidak dimaksudkan secara khusus untuk kepentingan pembelajaran. b. Klasifikasi Sumber Belajar Secara garis besar sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1) Sumber belajar yang dirancang atau learning resources by design yakni sumber-sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan seba-gai “komponen sistem instruksional” untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. 2) Sumber belajar yang dimanfaatkan atau learning resources by utililization yakni sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembe-lajaran dan keberadaanya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sumber belajar yang dimanfaatkan ini adalah sumber belajar yang ada di masyarakat seperti: museum, pasar, toko-toko, tokoh masyarakat dan lainnya yang ada di lingkungan sekitar. KLASIFIKASI JENIS-JENIS SUMBER BELAJAR Jenis Sumber Belajar Pengertian Contoh Dirancang Dimanfaatkan 1. Pesan (message) Informasi yang harus disa-lurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta, pe-ngertian, data Bahan-bahan pelajaran Cerita rakyat, dongeng, nasihat 2. Manusia (people) Orang yeng menyimpan in-formasi. Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan penge-lolaan sumber belajar Guru, aktor, siswa, pembicara, pemain (tidak termasuk teknisi dan tim kurikulum) Nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, responden 3. Bahan (material) Sesuatu, bisa disebut software yang mengan-dung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat Transparansi, film, slides, tape recorder, buku, gambar. Relief, candi, arca, peralatan, teknik 4. Peralatan (device) Sesuatu bisa disebut hardware yang menyalur-kan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software OHP, proyektor, slides, fils, TV, kamera, papan tulis Generator, mesin alat-alat, dan mobil 5. Teknik/ metode (technique) Prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang yang menyampaikan pesan. Ceramah, diskusi, sosiodrama, simulasi, kuliah, belajar mandiri Permainan, sarasehan, percakapan biasa 6. Lingkungan (setting) Situasi sekitar dimana pe-san disalirkan Ruangan kelas, studio, perpustakaan, aula, auditorium Taman, kebun, pasar, toko, museum c. Kedudukan Media dalam Pembelajaran Dalam komponen kurikulum, kedudukan media sejajar dengan metode, karena metode yang dipakai dalam suatu proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang bisa diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kon-disi yang dihadapi. Kedudukan media dalam suatu pembelajaran sangat pen-ting, walaupun sampai saat ini media mungkin tidak begitu dipahami secara spesifik terutama dari sudut pandang klasifikasi. Jika kembali kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses trans-fer pengetahuan, keterampilan, dan psikomotorik dari guru kepada siswa, ma-ka posisi media jika diilustrasikan dan disejajarkan dengan proses komunika-si yang terjadi dalam kondisi pembelajaran, gambar di bawah ini menunjuk-kan posisi dari media dalam suatu proses yang bisa dikatakan sebagai proses komunikasi maupun proses pembelajaran. Gambar 1 Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran d. Kriteria Memilih Media dan Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar secara umum terdiri dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Ke-dua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku, baik untuk sumber be-lajar yang dirancang (by design), maupun sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization). 1) Kriteria Pemilihan Media Secara Umum Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih sumber belajar di antaranya: a) Ekonomis dalam pengertian murah, maksudnya tidak terpatok pada harga-nya yang selalu rendah, tapi dapat juga pemanfaatnya dalam jangka pan-jang. b) Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan sampingan yang sulit dan langka. c) Mudah diperoleh, dalam artian sumber belajar itu dekat, tersedia di mana-mana dan tidak perlu diadakan dan dibeli. d) Bersifat fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan ins-truksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar misalnya kemajuan tek-nologi, nilai, budaya dan lainnya. e) Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan, hal ini untuk menghinda-ri hal-hal yang ada di luar kemampuan guru. 2) Kriteria Pemilihan Media Berdasarkan Tujuan Beberapa kritaria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan di antara- nya adalah: a) Sumber belajar guna memotivasi, artinya pemanfaatan sumber belajar tersebut bertujuan membangkitkan minat, mendorong partisipasi, merang-sang pertanyaan-pertanyaan, memperjelas masalah dan sebagainya. b) Sumber belajar untuk pengajaran, yaitu untuk mendukung kegiatan bela-jar mengajar. c) Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobser-vasi, dianalisis, dicatat secara teliti dan sebagainya. d) Sumber belajar untuk memecahkan masalah e) Sumber belajar untuk presentasi, di sini lebih ditekankan sumber sebagai alat, metode atau strategi penyampaian pesan. E. Dukungan terhadap Optimalisasi Sumber Belajar Untuk menjaga dan memelihara suasana proses pembelajaran yang baik dalam tatanan norma akademis yang dapat dipertanggungjawabkan, kepeduli-an dan kerjasama berbagai pihak yang terkait dengan proses pendidikan/pem-belajaran di sekolah sangat diperlukan. Pemberdayaan fasilitas dan sumber belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab guru (bidang studi) akan tetapi juga menuntut kerjasama dengan berbagai pihak agar kualitas pembelajaran senantiasa dapat terpelihara dan ditingkatkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah harus senantiasa menjadi motor penggerak bagi berfungsi dan berkembangnya media dan sumber belajar untuk menunjang, memper-kaya dan mengembangkan proses pembelajaran disekolah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, secara kelembagaan merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang bersangkutan. Untuk itu setiap kepala sekolah harus mampu memerankan dirinya sebagai manajer pendidikan yang me-miliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta mendalam, baik yang menyangkut konsep, pengelolaan, maupun operasional pendidikan dan pembelajaran. 2. Koordinasi dengan semua tenaga kependidikan di sekolah. Melalui koor-dinasi yang dilakukan oleh kepala sekolah semua tenaga kependidikan la-in harus merasa terlibat dan bertanggung jawab secara fungsional dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Selain guru-guru (kelas dan bidang studi) di sekolah perlu tersedia tenaga kependidikan lainnya, seperti laboran, pustakawan, instruktur bengkel kerja, guru bimbingan dan konseling, dan lain-lain. Untuk keperluan tersebut perlu kiranya se-mua tenaga kependidikan di sekolah diperansertakan secara fungsional, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 3. Kehadiran para pengawas satuan pendidikan untuk melakukan pemantau-an dan monitoring secara periodik ke sekolah sangat penting artinya bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Pengawas satuan pendidikan harus mampu memberikan kontribusi pemikiran dan gagasan yang berarti yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas pendidikan, khu-susnya kualitas pembelajaran di sekolah. Guru sebagai ujung tombak da-lam proses pembelajaran dimungkinkan untuk berbuat lengah dalam me-laksanakan tugasnya secara produktif. Untuk itu diperlukan monitoring dan supervisi yang berkesinambungan dari pengawas selain kepala seko-lah. Keduanya, secara bersama-sama dalam fungsi yang berbeda perlu memberikan bimbingan, dorongan dan motivasi yang sistematis kepada guru guru agar mereka tetap berada dalam koridor yang tepat dalam me-laksanakan proses pembelajaran. 4. Orientasi pemantauan yang perlu dilakukan tidak hanya berfokus kepada monitoring dan evaluasi atas kinerja yang selama ini dijalankan oleh gu-ru. Hal yang lebih utama adalah membawa guru guru untuk mencari dan menemukan cara dan terobosan baru yang lebih produktif dalam mengen-dalikan kegiatan belajar para siswa. Hal ini terkait dengan program untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas dan kemampuan profesional guru-guru. Dalam proses pemantauan pemberdayaan media dan sumber belajar yang dapat dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan kiranya perlu memperhati-kan hal hal sebagai berikut: a. Berfokus pada upaya penjabaran, sosialisasi dan implementasi kurikulum yang diangkat dari kajian masing masing sekolah. b. Mengkaji dan menganalisis materi pokok pelajaran yang tercantum dalam kurikulum dengan mengkaitkannya dengan tujuan, metoda/media dan sumber belajar, dan aktifitas belajar siswa. c. Melakukan pengkajian terhadap berbagai fasilitas dan sumber belajar yang tersedia di sekolah dalam arti fungsi, peran, karakteristik setiap jenis serta penerapannya dalam proses pembelajaran. d. Memperluas wawasan guru guru terhadap ketersediaan potensi potensi sumber daya faktual dan potensial yang berada dan terjadi di lingkungan sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas dan sumber be-lajar. e. Mendiagnosis kinerja guru melalui produk RPP dan observasi mengajar di kelas dan melakukan prognosis dalam konteks rehabilitasi dan penga-yaan proses pembelajaran. f. Menyelenggarakan kegiatan akademis secara periodik (seminar, loka kar-ya, ceramah tamu, dan sebagainya) yang dapat meningkatkan kinerja gu-ru yang lebih profesional. g. Menetapkan program sekolah yang perlu dan dibutuhkan bagi peningkat-an kualitas pendidikan di sekolah. Di dalam program ini menyangkut da-ya dukung dan penyediaan sarana dan fasilitas pendidikan maupun koor-dinasi fungsional para tenaga kependidikan lainnya. Keberadaan Dewan sekolah perlu dipartisipasikan secara aktif dan proporsional. h. Melakukan sejumlah terobosan untuk memanfaatkan segala potensi sum-ber daya yang tersedia di masyarakat dengan bekerja sama dengan berba-gai pihak. Sasaran kerjasama ini meliputi dengan orang tua siswa, alumni, lembaga swasta dan pemerintah setempat. Kerja sama ini difokuskan pa-da upaya untuk memajukan pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk meningkatkan kinerja sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bekualitas. F. Perangkat Pembelajaran (Silabus dan RPP) Hal lain yang harus dipantau dalam kegiatan pembelajaran adalah ada-nya perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembe-lajaran (RPP), sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih terarah untuk menca-pai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan perencanaan dan pengembangan kurikulum bergerak maju secara sistematis, mulai dari analisis kebutuhan, formulasi tujuan, seleksi bahan ajar, organisasi materi, seleksi pengalaman-pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar, hingga kegiatan evaluasi dan sarana yang diperlukan untuk kegiatan itu. Dalam kegiatan pem-belajaran, kegiatan seleksi pengalaman belajar dan pengorganisasiannya di-kenal dengan perancangan silabus. 1. Model Silabus Berdasarkan pertimbangan bahan pembe-lajaran ini, disusunlah model-model silabus yang terbagi ke dalam 7 macam silabus seperti berikut: a. Silabus struktural, yaitu model menata bahan yang berkaitan dengan keta-tabahasaan. b. Silabus fungsional, yaitu model menata bahan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikatif seperti mengenali, melaporkan, mengoreksi, dan memerikan. c. Silabus nasional, yaitu model menata bahan yang berkaitan dengan kate-gori-kategori konseptual seperti durasi, kuantitas, dan lokasi. d. Silabus topikal, yaitu model menata bahan yang berkaitan dengan tema atau topik pembelajaran seperti kesehatan, makanan, dan pakaian. e. Silabus situasional, yaitu model menata bahan yang berkaitan dengan la-tar belakang dan transaksi yang berkaitan dengan berbagai kegiatan seper-ti berbelanja, kegiatan di pasar, bank, dan di swalayan. f. Silabus keterampilan, yaitu model menata bahan yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan yang diharapkan muncul dalam kegiatan pem-belajaran. g. Silabus tugas atau silabus berdasarkan kegiatan, yaitu model menata ba-han yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan seperti menggambar peta, mengikuti petunjuk-petunjuk, dan menjalankan perintah-perintah. Dari klasifikasi di atas tampaklah bahwa secara substansial silabus me-rupakan suatu perincian tugas. Karena itu, hendaknya silabus mengemukakan secara jelas dan tepat apa yang harus dikerjakan, dan standar-standar atau kri-teria-kriteria yang dapat digunakan oleh orang-orang yang melaksanakannya. Jika dilihat dari aspek ini, maka argumen-argumen yang berkaitan dengan ke-unggulan silabus nosional, situasional, yang berdasarkan topik, atau jenis si-labus lainnya itu tidak akan lebih tepat daripada argumen-argumen yang ber-kenaan dengan pertanyaan, apakah rincian-rincian dalam sebuah konstruksi silabus akan meliputi landasan atau kerangka silabus yang kokoh? Yang je- las, semua rancangan itu hendaknya bersifat komprehensif dan menyeluruh. Karena itu, dalam merancang silabus yang berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, hendaknya perancang melakukan kegiatan berikut ini: (1) mengidentifikasi kompetensi dasar setiap jenis performance untuk di-sesuaikan dengan dengan tema yang ada; (2) mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan tema dan kompetensi dasar dan hasil bela-jar; dan (3) menentukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dapat mendorong siswa dan guru dalam mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Dalam penyusunan silabus hendaknya ditekankan bahwa bentuk penya-jian itu mencerminkan para pemakai dan pengguna silabus yang diinginkan. Apakah silabus itu, terutama sekali, merupakan pedoman bagi para penulis bahan, atau apakah guru-guru yang akan menggunakannya di ruang kelas mereka? Apakah silabus itu merupakan dokumen yang akan dirujuk oleh para guru, dan jika begitu, apa yang mereka harapkan dapat ditemui di dalamnya? Apakah para pembelajar akan dites mengenai isi silabus, ataukah para guru bebas untuk mengadaptasi atau menambah isinya? Keterampilan dan gaya mengajar apakah yang dimiliki guru yang akan menggunakan silabus itu? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas sangat berharga untuk dija-dikan pertimbangan dalam penyusunan silabus. Pertanyaan-pertanyaan terse-but sangat erat kaitannya dengan tugas guru dan kebutuhan siswa dalam meng-implementasikan kurikulum yang berbasis kompetensi. Karena itu, sesung-guhnya gurulah yang paling berhak menjabarkan kurikulum tersebut ke da-lam bentuk silabus, karena merekalah yang akan menggunakannya dan mere-ka pula yang paling mengetahui kebutuhan siswanya. 2. Langkah-langkah Menyusun Silabus Beberapa langkah yang dapat ditempuh guru dalam penyusun sebuah silabus adalah sebagai berikut. a. Menentukan alokasi waktu untuk setiap pertemuan. b. Menentukan kompetensi dasar, hasil belajar yang diharapkan, dan indika-tor hasil belajar (komponen ini hendaknya tersedia dalam kurikulum yang berbasis pada standa kompetensi). c. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran d. Menentukan alat dan sumber yang diperlukan e. Menentukan cara menilai hasil belajar berdasarkan indikator pencapaian. Berdasarkan jenis-jenis kurikulum yang telah dikemukakan di atas dan berdasarkan berbagai pertimbangan ihwal pengguna kurikulum serta langkah-langkah penyusunannya, jelaslah bahwa guru merupakan pihak yang paling tepat untuk menyusun silabus dan RPP dengan model yang selaras dengan tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, dan materi pembelajaran. Di bawah ini dikemukakan beberapa model silabus yang dapat dijadikan alternatif atau pertimbangan dalam penyusunan silabus. Model 1 Nama Sekolah : ................................... Mata Pelajaran : ………………………… Kelas : ………………………… Semester : ………………………… Alokasi Waktu : .................................... 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Hasil belajar 4. Indikator 5. Materi Standar 6. Kegiatan Belajar Mengajar 7. Standar Penilaian Model 2 Nama Sekolah : .................................... Mata Pelajaran : ………………………… Kelas : ………………………… Semester : ………………………… Topik/Tema : .................................... Pertemuan : .................................... Waktu : .................................... 1. Kompetensi dasar 2. Hasil belajar 3. Materi pokok 4. Indikator 5. Langkah pembelajaran 6. Alat/sumber 7. Penilaian Pada model-model di atas tampak variasi model silabus. Setiap model memiliki pertimbangan sendiri. Namun, suatu hal yang perlu dicermati ialah bahwa pada kelima model tersebut terdapat komponen inti yang mesti ada, yaitu hal-hal yang diamanatkan kurikulum. Adapun mengenai kegiatan pem-belajaran diserahkan sepenuhnya kepada guru. Apakah dia hendak merinci-nya atau menyajikannya secara garis besar saja. Hal ini terkait dengan inten-sitas pengalaman guru. Demikian pula dalam teknis penyajiannya, guru dapat menguraikan silabus dalam bentuk tabel atau secara berurutan saja. Hal sema-cam ini diserahkan pada pertimbangan guru dilihat dari kepraktisan, efisiensi, dan kekomunikatifan sebuah model. 3. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran : ......................................................... Satuan Pendidikan : ......................................................... Kelas/Semester : ......................................................... Pertemuan Ke : ......................................................... Alokasi Waktu : ................................... Jam Pelajaran 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator 3. Tujuan Pembelajaran 4. Materi Pokok/Standar 5. Metode Pembelajaran 6. Kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan awal b. Kegiatan inti/pokok c. Kegiatan akhir d. Tindak lanjut 7. Sumber Belajar 8. Penilaian G. Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Hal ketiga yang harus dipantau adalah kegiatan penilaian. Jika dalam pengembangan kurikulum kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada standar kompetensi lulusan, maka jenis-jenis penilaian yang dilakukan pun harus mampu mengungkap kompetensi-kompetensi tersebut. Di samping jenis penilaian yang biasa dilakukan selama ini melalui tes objektif dan urai-an, terdapat jenis penilaian lain yang berorientasi pada pengungkapan kompe-tensi siswa, yaitu portofolio, penilaian proyek, dan penilaian yang berbasis pada karya siswa. Ketiga jenis penilaian yang terakhir disebutkan dapat diu-raikan seperti berikut. Uraian tersebut didasarkan atas dokumen yang disusun oleh New York State Education Departement dengan judul Curriculum, Instruction, and Assessment, yang diterbitkan tahun 1995. 1. Portofolio Penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam pelaksanaan penilaian kinerja. Pendekatan ini telah lama berkembang, terutama di Ameri-ka Serikat dan Australia, dan digunakan dalam pelaksanaan kinerja di berba-gai bidang, termasuk dunia usaha dan pendidikan. Namun, di Indonesia pen-dekatan ini masih agak terasa asing, terutama dalam dunia pendidikan, karena baru mendapat perhatian dan belum banyak digunakan. Di Indonesia, tampak-nya pendekatan ini telah digunakan pada pendidikan pra-sekolah, yaitu pada sebagian Taman Kanak-kanak. Portofolio merupakan suatu kumpulan atau berkas bahan pilihan yang dapat memberi informasi bagi suatu penilaian kinerja siswa secara objektif. Berkas tersebut misalnya berupa pekerjaan sketsa, dokumen, karangan, tulis-an, dan gambar yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang dalam lingkungan dan suasana kerja yang alamiah dan yang sesungguhnya, bukan dalam lingkungan dan suasana yang dibuat-buat dan dimanipulasi. Dalam penilaian di kelas, portofolio digunakan untuk beberapa tujuan sebagai berikut. a. Menghargai perkembangan yang dialami siswa. b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung. c. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik. d. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperi-mentasi. e. Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. f. Berbagi informasi dengan orang tua wali siswa dan guru-guru lain. g. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa. h. Meningkatkan kemampuan siswa melakukan refleksi diri. i. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan. Dalam penggunaan evaluasi dengan bentuk portofolio, terdapat bebera-pa langkah kunci yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru. Di antara langkah penilaian tersebut adalah: 1) Memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio. 2) Menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan yang perlu dikumpul-kan. 3) Siswa mengumpulkan dan menyimpan dokumen dan hasil pekerjaannya. 4) Menentukan kriteria penilaian yang digunakan. 5) Mengharuskan siswa menilai hasil pekerjaannya sendiri secara berkelan-jutan. 6) Menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan untuk menelaah portofolio. 7) Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, di antara bahan yang dapat di-gunakan dalam penilaian portofolio di sekolah antara lain sebagai berikut. (a) Penghargaan tertulis yang relevan dengan mata pelajaran. (b) Hasil kerja biasa yang relevan dengan mata pelajaran. (c) Hasil pelaksanaan tugas-tugas sehari-hari oleh siswa. (d) Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok. (e) Contoh hasil pekerjaan. (f) Catatan atau laporan dari pihak lain yang relevan. (g) Daftar kehadiran siswa. (h) Hasil ujian atau tes (i) Catatan-catatan negatif (misalnya peringatan) tentang siswa. Bahan-bahan di atas dapat diseleksi lebih dahulu, kemudian ditentukan yang dipandang relevan saja, dan dapat pula ditambah dengan berbagai bahan lain apabila dipandang perlu. Untuk menentukan bahan-bahan apa saja yang perlu dikumpulkan sangat tergantung pada karakteristik bahan. Artinya, bahan penilaian yang dipilih hanya bahan yang dapat memberikan informasi tentang perkembangan prestasi atau kompetensi yang dialami siswa. Selama bahan itu dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam pegambilan keputus-an yang berhubungan dengan kurikulum dan pengajaran, guru dapat menjadi- kannya sebagai bahan penilaian dengan sistem portofolio. Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan dapat mengadakan perte-muan portofolio secara teratur dengan setiap siswa, sekurang-kurangnya 2 (dua) atau 3 (tiga) kali dalam satu semester. Pertemuan tersebut dimaksudkan mendiskusikan berbagai hal yang berhubungan dengan penilaian terhadap ba-han-bahan yang telah dikumpulkan oleh masing-masing siswa. Selama proses penilaian, guru juga melibatkan orang tua. Penilaian di-lakukan dengan mengacu pada kriteria yang telah ditentukan, yang terlebih dahulu dikomunikasikan kepada siswa, tetapi dengan tetap memperhatikan perbedaan-perbedaan individual. Guru perlu menyiapkan satu buku khusus untuk membuat berbagai ca-tatan portofolio dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan para siswa. Pada akhir tahun pelajaran diadakan pertemuan dengan orang tua atau wali siswa. Pada kesempatan tersebut orang tua dapat mengetahui informasi yang tersedia dalam berkas portofolio anak-anak mereka. Orang tua juga di-minta memberikan tanggapan terhadap informasi yang diperoleh dari berkas portofolio tersebut. Penilaian yang menerapan pendekatan penilaian portofolio tidak selama-nya berjalan mulus. Guru sering menjumpai beberapa hambatan di antaranya adalah: a) Guru memiliki kecenderungan memperhatikan pencapaian akhir. b) Guru dan siswa terjebak dalam suasana hubungan top-down. c) Penyediaan format-format yang digunakan secara lengkap dan detail da-pat juga menjebak, karena siswa akan terjerumus ke dalam suasana yang kaku dan mematikan kreativitasnya. Untuk meminimalkan masalah di atas, guru dan orang tua hendaknya senantiasa mendiskusikan kelemahan atau kekurangan yang dijumpai, sehing-ga pada masa yang akan datang, kekeliruan tersebut tidak terjadi lagi. 2. Penilaian Proyek Istilah proyek pada sistem penilaian ini adalah tugas yang harus disele-saikan siswa dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu in-vestigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer atau sekunder, evaluasi hasil, dan kerja sama dengan pihak lain, pro-yek merupakan suatu sarana penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengkomunika-sikan informasi. Dalam kurikulum yang berorientasi pada standar kompetensi, hasil be-lajar dapat dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misal-nya pada saat merencanakan dan mengorganisasikan investigasi, bekerja da-lam tim, dan tatkala siswa mengarahkan dirinya sendiri. Selain itu, ada hasil belajar yang lebih sesuai apabila dinilai melalui pro-duk suatu proyek, misalnya pada saat mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan data, dan ketika mengkomu-nikasikan hasil proyek. Di kelas, guru mungkin menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis pro-yek. Dalam konteks ini, siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahu-an pada suatu topik, memformulasikan pertanyaan, dan menyelidiki topik ter-sebut melalui bacaan, wisata, dan wawancara. Selanjutnya kegiatan mereka dapat digunakan untuk menilai kemampuannya dalam hal bekerja independen atau berkelompok. Di samping itu guru juga dapat menggunakan produk suatu proyek un-tuk menilai kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan temuan-temuan de-ngan bentuk yang tepat dan dalam hal mempresentasikan hasil melalui display visual dan laporan tertulis. Sebelum kegiatan penilaian proyek dilaksanakan, terlebih dahulu guru perlu melakukan perencanaan penilaian. Dalam kegiatan perencanaan perlu dipertimbangkan kemampuan pengelolaan. Jika siswa diberikan kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topik yang te-pat. Mereka mungkin memilih topik yang terlalu luas sehingga sedikit infor-masi yang dapat ditemukan. Mereka mungkin juga kurang tepat untuk mem-perkirakan waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. Guru harus mem-pertimbangkan aspek relevansi pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dapat dijadikan sebagai sumber bukti dan mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah dibe-rikan pada siswa. Dalam tahap perencanaan dan pembuatan spesifikasi proses suatu pro-yek, guru hendaknya melakukan hal-hal seperti berikut. 1) Pemilihan topik 2) Pembuatan diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi 3) Pembuatan rincian terhadap tahapan proses 4) Monitoring terhadap kerja proyek 5) Membuat pertimbangan dan catatan 6) Penilaian yang dilakukan oleh siswa sendiri 7) Penilaian antarkelompok siswa 8) Penilaian yang dilakukan oleh guru 9) Pendugaan dan pelaporan prestasi 10) Membuat perkiraan yang seimbang 11) Mengkombinasikan bukti proyek dengan bukti lain 12) Memonitoring perkembangan keterampilan pada lintas bidang pembela-jaran. 3. Penilaian Hasil Kerja Siswa Penilaian hasil kerja siswa adalah penilaian terhadap penguasaan siswa akan suatu performance/keterampilan dalam membuat suatu hasil kerja dan kualitas hasil kerja siswa. Dalam penilaian hasil kerja siswa terdapat dua kon-sep penilaian, yaitu penilaian siswa tentang pemilihan pekerjaan dan cara peng-gunaan alat dan prosedur kerja. Selain itu juga penilaian terhadap kualitas tek-nis maupun suatu hasil karya. Penilaian hasil kerja bertujuan: (1) menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya; (2) me-nilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai pada setiap akhir jenjang/kelas di sekolah kejuruan; dan (3) menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan kejuruan. a. Perencanaan dalam Menilai Hasil Kerja Siswa Dalam menilai hasil kerja siswa, perlu diperhatikan aspek relevansi kar- ya yang meliputi kompetensi yang akan diukur. Strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan relevansi dan lingkup hasil kerja adalah menetapkan kom-petensi yang akan diukur setiap memberikan tugas kepada siswa, menyusun setiap kompetensi yang akan diukur pada tiap tahap dalam pengerjaan hasil kerja (perencanaan, produksi, appraisal), dan jumlah serta objektivitas hasil kerja. Secara operasional, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan gu-ru untuk menilai dan mencatat hasil kerja siswa antara lain: 1) Anecdotal notes, catatan yang dibuat guru selama melakukan pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar. 2) Analytic Ratings, penilaian (judgement) yang dibuat berdasar beberapa aspek pada hasil kerja siswa. 3) Holictic rating, yaitu penilaian terhadap hasil kerja siswa secara keselu-ruhan. 4) Checklist, yaitu guru biasanya menuliskan sejumlah keterampilan yang akan diukur dalam setiap tugas yang diberikan, kemudian menilai apakah selama penyelesaian tugas tersebut siswa sudah menunjukkan keterampil-an yang dimaksud. Jadi, dengan checklist hanya menilai keterampilan yang dapat dilakukan siswa, bukan kualitasnya. Demikianlah, dalam rancangan kegiatan pembelajaran yang berorentasi pada kurikulum yang berbasis kompetensi guru dapat menggunakan sistem atau metode penilaian yang lebih naturalistik dan berorientasi pada tahapan-tahapan penguasaan suatu kompetensi, dan tentu saja pada hasil akhir dari ta-hapan-tahapan tersebut. H. Format Penilaian Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Format Penilaian kegiatan pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Format Penilaian Kegiatan Penampilan Pembelajaran Nama Guru : .............................................. Mata Pelajaran : .............................................. Pokok Materi : .............................................. Kelas/Semester : .............................................. Waktu : .............................................. No. Aspek yang dinilai Nilai Ket. 0 - 1 1,1 - 2 2,1 -3 3,1 - 4 1. Kemampuan Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a. Sistematika RPP b. Standar Kompetensi dan Indikator c. Manampilkan pengalaman belajar siswa d. Pengembangan RPP 2. Kemampuan Membuka Pelajaran a. Menarik Perhatian siswa b. Memberikan motivasi awal c. Memberikan apersepsi (kaitan materi yang se-belumnya dengan materi yang akan disampai-kan) d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan di-berikan 3. Sikap dalam Proses Pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara b. Variasi Gerakan badan tidak mengganggu per-hatian siswa c. Antusisme dalam penampilan d. Mobilitas posisi mengajar 4. Penguasaan Bahan Belajar (Materi) a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi) c. Kejelasan dalam memberikan contoh d. Memiliki wawasan yang luas dalam menyampai-kan bahan belajar 5. Kegiatan Belajar Mengajar (Proses Pembelajaran) a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan b. Penyajian bahan belajaran sesuai dengan tuju-an/indikator yang telah ditetapkan c. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa. d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan 6. Menggunakan Media Pembelajaran: a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media b. Ketepatan/kesusian penggunaan media dengan materi yang disampaikan c. Memiliki keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran d. Membantu meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran 7. Evaluasi Pembelajaran a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah dite-tapkan b. Menggunakan jenis ragam penilaian c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP 8. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran: a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan men-jawab pertanyaan. c. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran 9. Tindak Lanjut: a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok b. Menginformasikan materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikunya. Nilai Akhir = Jumlah Nilai Aspek 9
Baca Selanjutnya- MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Tuesday, March 20, 2012

BELAJAR, PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR

Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Di masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika. Masih banyak lagi penggunaan istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan tak mudah diamati, seperti: belajar hidup mandiri, belajar menghargai waktu, belajar berumah-tangga, belajar bermasyarakat, belajar mengendalikan diri, dan sejenisnya. Kalangan awampun mengetahui makna berbagai istilah belajar tersebut. Jika kebetulan Anda adalah seorang guru, maka Anda tidak cukup hanya memahami makna belajar sebagaimana masyarakat awam. Mengapa? Karena memang tugas utama kita sebagai guru adalah membuat orang belajar. Lalu, apa sebenarnya belajar itu? Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja, perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positip. Jadi, sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut, misalnya, dapat berupa : dari tidak tahu sama sekali menjadi samar-samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil, dari anak pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dari kurang taqwa menjadi lebih taqwa, dll. Jadi, perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikhomotor maupun afektif. Kegiatan belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya kaitan itu, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percapakan sehari-hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan “belajar-mengajar” menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat adalah benar. Namun, benarkah bahwa agar terjadi kegiatan belajar harus selalu ada orang yang mengajar? Benar pulakah bahwa setiap kegiatan mengajar pasti selalu menghasilkan kegiatan belajar ? Jawabannya : belum tentu. Artinya, dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yang mengajar. Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu pula sebaliknya, kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar. Ketika Anda menjelaskan pelajaran di depan kelas misalnya, memang terjadi kegiatan mengajar. Tetapi, dalam kegiatan itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang Anda ajar. Kegiatan mengajar dikatakan berhasil hanya apabila dapat mengakibatkan / menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa. Jadi, sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru untuk membuat siswa belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat “mewakili” belajar untuk siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika dan hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan mengajar, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar yang lain. Lalu, apa sebenarnya sumber belajar itu? Pada hakekatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang massa. Jika Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber belajar merupakan konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini. Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar. Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain. Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll. Oleh karena setiap anak merupakan individu yang unik (berbeda satu sama lain), maka sedapat mungkin guru memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan kegiatan mengajar benar-benar membuahkan kegiatan belajar pada diri setiap siswa. Hal ini dapat dilakukan kalau guru berusaha menggunakan berbagai sumber belajar secara bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang ada. Hal yang perlu diperhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada siswa, maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar. Dan inilah yang seharusnya diusahakan oleh setiap pembelajar (instructor, guru) dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang , melainkan juga sumber-sumber belajar yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang sengaja dirancang khusus, melainkan juga sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan. Semua sumber belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita manfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kita. Wujud interaksi antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam. Cara belajar dengan mendengarkan ceramah dari guru memang merupakan salah satu wujud interaksi tersebut. Namun belajar hanya dengan mendengarkan saja, patut diragukan efektifitasnya. Belajar hanya akan efektif jika si belajar diberikan banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu, melalui multi-metode dan multi-media. Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa. Barang kali perlu kita renungkan kembali ungkapan China :Saya mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa. Bab 2 A. Apa sumber belajar itu? Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. B. Apa fungsi sumber belajar? Sumber belajar memiliki fungsi : 1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. 4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit. 5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa C. Ada berapa jenis sumber belajar? Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu: 1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. 2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. D. Apa kriteria memilih sumber belajar? Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa. E. Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar? Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. F. Bagaimana prosedur merancang sumber belajar? Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut: tabel-psb G. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar? Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa “dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-paket hemat untuk berinternet yang disediakan para provider? 3 Hasil survey yang dilaksanakan pada sejumlah SD negeri dan swasta di Jawa Barat, menunjukkan, sekolah dasar pada umumnya masih kurang memanfaatkan sumber belajar dan masih bertumpu pada ‘sosok’ guru sebagai sumber belajar utamanya. Dari data tersebut nampak bahwa sumber belajar masih terbatas dan belum dipandang sebagai faktor penting dalam proses pembelajaran. Para pihak yang terkait baik kepala sekolah maupun guru, biasanya berdalih karena minimnya dana di setiap sekolah. Lantas apakah dalih seperti itu sudah tepat dan persoalan menjadi selesai? Pertanyaan lain apakah sumber belajar yang dimiliki dan berada (tergelar) di masyarakat telah dimanfaatkan secara optimal? Yang jelas, sumber belajar itu sesungguhnya tidak harus mahal, mewah atau berupa barang yang sulit didapat. Akan tetapi lebih kepada sejauhmana kreativitas dan kemauan para guru untuk berinovasi dan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Perkembangan Keajaiban dalam Dunia pendidikan Eric Ashby (1997), seorang pemerhati pendidikan menjelaskan tahap-tahap perkembangan sumber belajar. Dia membaginya dalam empat tahap sebagai berikut : Pertama, sumber belajar pra-guru. Tahap ini, sumber belajar utama adalah orang dalam lingkungan keluarga atau kelompok, sumber lainnya masih sangat langka. Adapun benda yang digunakan berbentuk dedaunan, atau kulit pohon dengan bahan simbol dan isyarat verbal sebagai isi pesannya. Pengetahuan diperoleh lebih banyak dengan cara coba-coba (trial) dan error sehingga hasilnya pun masih sederhana dan mutlak di bawah kontrol orang tua atau anggota keluaga. Ciri khas dari tahap ini sifatnya tertutup dan rahasia. Kedua, lahirnya guru sebagai sumber belajar utama. Pada tahap inilah cikal bakal adanya sekolah. Perubahan terjadi pada cara pengelolaan, isi ajaran, peran orang, teknik dan lainnya. Jumlahnya masih terbatas dan dominannya peran guru. Begitu pula mutu pengajaran tergantung kualitas guru. Adapun kelebihannya guru dihormati dan kedudukannya tinggi sehingga menentukan keberhasilan pembelajaran. Kelemahannya bahwa jumlah siswa yang dapat dididik masih terbatas dan tugas guru sangat berat. Ketiga, sumber belajar bentuk cetak. Tugas guru relatif lebih ringan karena adanya sumber belajar cetak. Siswa dapat mempelajari sendiri ketika belum paham. Kelemahannya terkadang penulisan buku belum baik dan isinya sulit dipahami oleh sebagian siswa. Kelebihannya, materi dapat disebarluaskan secara cepat dan luas. Sumber belajar cetak ini meliputi buku, majalah, modul, makalah dan lainnya. Keempat, sumber belajar produk teknologi komunikasi. Sumber ini dikenal dengan istilah audio visual aids yaitu sumber belajar dari bahan audio (suara), visual (gambar), atau kombinasi dari keduanya dalam sebuah proses pembelajaran. Istilah lain disebut juga media pendidikan yang biasanya didesain secara lebih terarah, spesifik dan sesuai dengan perkembangan siswa. Contoh sumber belajar dalam tahap ini yakni berupa televisi, CD, radio dan OHP. Secara lengkap alur perkembangan sumber belajar tersebut digambarkan sebagai berikut : Sumber Belajar Pra Guru, Guru, Media Cetak, Teknologi Komunikasi Informasi Kondisi sekolah saat ini, nampaknya masih beragam, antara perkembangan tahap kedua, ketiga dan keempat. Pada sekolah yang berada di pedalaman keberadaan guru masih dominan mengingat masih terbatasnya sumber belajar lain. Sedangkan sekolah di perkotaan sudah memanfaatkan sumber belajar media cetak terutama buku. Dan sekolah lainnya secara maksimal telah memanfaatkan produk teknologi komunikasi walaupun kuantitasnya masih terbatas. Pengertian Sumber Belajar Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, ‘ segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.’ Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu ‘ berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.’ Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya sumber belajar begitu luas dan kompleks, lebih dari sekedar media pembelajaran. Segala hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi sumber belajar. Dengan pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya sumber tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya. Jenis-jenis sumber belajar Dari pengertian sumber belajar tadi melahirkan beberapa pembagian jenis sumber belajar. Ada yang membagi menjadi enam jenis dengan rincian pertama, sumber berupa pesan. Kedua, manusia, ketiga peralatan, keempat, bahan kelima, teknik/metode dan keenam lingkungan/setting. Sebagian lain membaginya menjadi dua jenis, pertama sumber belajar yang dirancang (by designed) yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat dan dipergunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan tertentu. Contohnya buku, slide, ensiklopedi dan film (VCD). Kedua, sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar yaitu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan/digunakan (by utilization) berada di masyarakat dan tidak dirancang secara khusus. Contohnya pasar, tokoh masyarakat, museum, lembaga pemerintahan dsb. Berbagai jenis sumber belajar tersebut, pada dasarnya tidak boleh dilihat secara parsial. Hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dalam sebuah proses pembelajaran. Semua jenis sumber belajar yang memang sesuai, perlu dipertimbangkan demi tercapainya pembelajaran lebih baik. Dengan demikian diharapkan akan berdampak positif terhadap hasil pembelajaran. Pemilihan Sumber Belajar Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Mengapa? Karena dengan penggunaan sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi para siswa. Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu : 1.Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya). 2.Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya. 3.Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus pelaksanaannya. 4.Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia. 5.Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa. 6.Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya. Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan Mengingat begitu luasnya sumber belajar, maka perencanaan yang matang mesti dilakukan. Beberapa sumber belajar yang dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan adalah : Perpustakaan Selama ini, perpustakan di sekolah hanya sebagai pelengkap. Padahal, keberadaannya sangat penting sebagai salah satu sumber belajar. Perpustakan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa, sarana pencarian pengetahuan/informasi dan perpustakan pun dapat digunakan sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antara kelompok belajar. Oleh karena itu sebuah perpustakaan haus memenuhi persyaratan minimal yang meliputi, pertama, perpustakan dikelola secara baik. Kedua, tersedianya literatur (sumber bacaan) baik berupa buku pelajaran, berbagai bacaan, majalah, kamus ensiklopedi dsb. Ketiga, memiliki ruang atau tempat yang memadai dan nyaman sehingga siswa betah berlama-lama di perpustakaan. Keempat, kemudahan siswa untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada di perpustakaan untuk menunjang proses pembelajaran. Beberapa sekolah menunjukkan perpustakaannya masih begitu memprihatinkan, selain terbatasnya literatur juga tempat yang dipakai nampaknya tidak layak untuk dikatakan sebagai sebuah perpustakaan (sempit, disekat meja dan tidak tertata). Mengenai terbatasnya perpustakaan baik dari segi literatur, tempat dan pengelolaan nampaknya telah menjadi fenomena umum. Akan tetapi selama insan pendidik masih memiliki komitmen dan keinginan untuk memperbaiki dan memikirkan masalah ini, insya Allah lambat laun akan terwujud perpustakaan sekolah yang walaupun sederhana tetapi menarik bagi siswa. Media Belajar/Alat Peraga Media belajar yang dimaksud adalah berbagai alat, bahan yang bisa digunakan untuk membantu dalam penyamapaian materi pembelajaran. Media tersebut baik dibuat sendiri maupun kaya orang lain. Berbagai media yang ada perlu digunakan secara optimal dan tentu saja harus dipelihara dan dijaga kelaikannya. Media yang telah rusak segera diperbaiki bahkan diganti. Media yang belum ada dan sekiranya berguna perlu dipikirkan untuk dimiliki, dengan cara membeli atau mengajukan bantuan. Media yang perlu dipertimbangkan untuk dimiliki terutama media elektronik (produk teknologi komunikasi). Biasanya dengan menggunakan media seperti ini pembelajaran akan lebih hidup dan siswa pun lebih antusias mengikutinya. Berbagai media seperti slide film, proyektor, VCD dapat digunakan sewaktu waktu sebagai sumber belajar. Misalnya, ketika membahas materi koperasi (IPS), siswa diajak nonton slide/film yang didalamnya menjelaskan berbagai informasi termasuk praktek dan contoh kegiatan berkoperasi. Guru hanya membantu dan memfasilitasi, setelah selesai kemudian dibahas dan didiskusikan bersama-sama. Akan tetapi, ketika media elektronik belum ada, maka lebih baik memanfatkan media dengan cara membuat sendiri walaupun sederhana. Yang terpenting media tersebut akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Sungguh disayangkan apabila guru hanya berceramah saja selain menjenuhkan, guru pun akan merasa kelelahan. Majalah Dinding Sumber belajar ini layak dipertimbangkan terutama bagi pembelajaran Bahasa Indonesia/Inggris. Mading dapat menjadi sarana penyebar informasi atau pengetahuan dari hasil karya siswa baik berupa karangan, puisi, cerpen dll. Di samping iu mading bisa menjadi motivasi bagi siswa untuk senang membaca, terdorong berkarya sekaligus bisa saling belajar atau menilai antar karya satu dengan yang lainnya. Dalam pengelolaannya perlu bimbingan dan pembinaan dari guru terutama guru bahasa. Sedangkan dalam pelaksanaannya bisa dibentuk sebuah pengurus mading di tiap kelas atau tingkat sekolah. Mereka bertanggung jawab untuk mengelola mading secara baik dan berkesinambungan. Apa sumber lainnya? Di samping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah tergelar di sekililing sekolah dan masyarakat. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dan berada di masyarakat misalnya: 1.Mengunjungi museum sesuai dengan materi (museum uang, museum sejarah atau museum hewan) 2.Study tour mengunjungi gedung geologi, lembaga pemasyarakatan atau lembaga pemerintahan 3.Mengunjungi tempat ibadah, pasar, mal (tempat belanja). 4. Mendatangkan tokoh untuk diskusi (polisi dan dokter membahas narkoba, anggota DPR membahas pemerintahan daerah dll) Dan berbagai alternatif sumber belajar lain yang tentu masih banyak. Keberadaan guru dalam perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran menjadi cukup penting dan akan menentukan terhadap kualitas pembelajaran. Artinya sejauhmana kemauan dan usaha guru yang bersangkutan.
Baca Selanjutnya- BELAJAR, PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR