APSI Nganjuk

My photo
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur
Sebagai Media Informasi Pendidikan & Pembelajaran (Dari Kita Untuk Semua) Kontak: 082143737397 atau 085735336338

Wednesday, December 5, 2012

PEMBELAJARAN TEMATIK

A.  Dasar Penerapan Pembelajaran Pembelajaran Tematik

 

Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Sekolah Dasar mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran Peraturan Menteri tersebut Bab II, Bagian B tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Umum, butir 1.c. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3  SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik. 

 

B.   Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.

Batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah  didasarkan pada tema yang dikembangkan, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran.

     

C.  Karateristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1.   Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa.  Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2.   Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3.   Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa

4.   Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian. Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5.   Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6.   Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7.   Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

 

D.  Keuntungan  Pembelajaran Tematik   

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan

4.Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa

5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi yang lebih nyata, untuk mengembangkan suatu kemampun dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus.

 

E   Filosofi pembelajaran

Filosofi buku pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara aliran progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme, sesuai dengan landasan filosofis pembelajaran tematik yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006.

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa.

Aliran konstruktivisme  memandang bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi  atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.  Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Jawaban siswa atas suatu persoalan adalah jawaban yang ”masuk akal bagi siswa” saat itu.
Jika ada jawaban salah, bukan disalahkan, tetapi ditanyakan bagaimana ia mendapatkan jawaban itu.

Keaktifan  siswa yang diwujudkan  oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Keterpaduan ketiga aliran tersebut tampak pada beberapa hal berikut:

 

1. Satuan pembelajaran harian terdiri dari serangkaian kegiatan siswa, bukan kegiatan guru, bukan pula  sub pokok bahasan. Hal ini sesuai dengan pendekatan  pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2.  Rumusan kegiatan menggunakan kata kerja yang mencerminkan   hasil yang diharapkan dan yang dapat diamati hasilnya Dengan rumusan tersebut guru akan mudah memantau kualitas proses pembelajaran dan hasilnya.

3. Kegiatannya bersifat konstruktif yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri, bukan kegiatan yang bersifat mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Kegiatannya sangat variatif dan kreatif yang memungkinkan lahirnya peneliti-peneliti kecil.

4. Uraian pada setiap kegiatan tidak dimaksudkan sebagai materi pembelajaran yang harus ”dihafal”  atau ditirukan siswa, melainkan sumber belajar yang membuat  siswa memperoleh pengalaman.

 

      Penekanan pembelajaran tematik bukan banyaknya fakta dan konsep yang diketahui oleh siswa, melainkan tahu cara mempelajari sesuatu. Siswa belajar tentang bagaimana  cara belajar.

 

 

5. Sebagian besar  kegiatan  siswa dituntut untuk melakukan,  sehingga hasil belajarnya dapat lebih maksimal, sesuai dengan kerucut pengalaman berikut ini:

                                                                       (Peter Sheal, 1989)

6. Siswa diberi kesempatan untuk mengekpresikan atau mengkomu nikasikan gagasannya dalam kotak ’Sekarang Aku Tahu’  sehingga siswa dirangsang untuk berpikir secara produktif. Dalam hal ini peran guru betul-betul sebagai fasilitator, motivator, dan mentor yang perannya dapat dianalogikan sebagai tukang kebun.

 

 

F.  Tema

      1. Penentuan Tema

          Pembelajaran disebut tematis bila antara mata pelajaran satu dengan lainnya saling terkait bahkan terpadu, bukan hanya judulnya saja, tetapi terutama pada prosesnya.    Maka tematisnya suatu pembelajaran disebut terletak pada proses pembelajarannya. Dengan pemikiran tersebut maka tema dan alokasi waktu dapat ditentukan lebih dahulu.

         Pemilihan tema memperhatikan prinsip-prinsip tema, antara lain:

·     Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa

·     Dari yang termudah menuju yang sulit

·     Dari yang sederhana menuju yang kompleks

·     Dari yang konkret menuju  yang abstrak

·     Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir dalam diri siswa

Baca Selanjutnya- PEMBELAJARAN TEMATIK